Rabu, 15 Februari 2012

proposal penelitian


PEMBERIAN LIQUID SLUDGE KELAPA SAWIT
DAN PUPUK SP-36 TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN KACANG HIJAU (Vigna radiata .L)




OLEH

HASANUDIN
NPM: 084110044


USULAN PENELITIAN SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian



FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2012



PEMBERIAN LIQUID SLUDGE KELAPA SAWIT
DAN PUPUK SP-36 TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN KACANG HIJAU (Vigna radiata .L)





USULAN PENELITIAN
                                    NAMA                       : HASANUDIN
NPM                           : 084110044
PROG. STUDI         : AGROTEKNOLOGI

 

MENYETUJUI

              PEMBIMBING I                                                                         PEMBIMBING II

  
Prof. Dr. Ir. HB  Jumin. MSc.                                                           Ir. Ernita. MP



   





i
KATA PENGANTAR

            Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan proposal yang berjudul ”Pemberian Liquid Sludge Kelapa Sawit dan Pupuk SP-36 Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L.) “
               Penulis menyadari selama mengerjakan penyusunan usulan penelitian ini tidak sedikit mendapat dorongan, motivasi, dan bimbingan yang diberikan oleh semua pihak, pada kesempatan ini, perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Hasan Basri Jumin, MSc dan Ibu Ir. Ernita, MP selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktunya dalam mengarahkan penulisan usulan penelitian ini. Selanjutnya tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dekan, Ketua Jurusan, Seluruh Staf Pengajar, dan  Karyawan Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau, Rekan-rekan, Orang Tua serta semua pihak yang telah memberikan  bantuan baik moril maupun materil dalam proses penelitian ini dari awal hingga akhir.
               Tidak ada usaha yang sia-sia dan tidak ada pengetahuan yang tidak berguna, namun sebagai manusia penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal ini masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran atau kritikan yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan proposal ini. Akhir kata, semoga semua yang telah dilaksanakan ini dapat bermanfaat. 


                                                                                                       Pekanbaru,   Desember  2012
                                                                                                           
                                                                                                                       Penulis




 
                       


ii
DAFTAR ISI
                                                                                                                         Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. iii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... iv
I.    PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
A.    Latar  Belakang ......................................................................................... 1
B.     Tujuan Penelitian ...................................................................................... 5
C.     Hipotesis ................................................................................................... 5
II.   TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 7
III.  BAHAN DAN METODE ............................................................................ 15
A.      Waktu dan Tempat ................................................................................ 15
B.      Bahan dan Alat....................................................................................... 15
C.      Metode Penelitian .................................................................................  15
D.      Pelaksanaan ............................................................................................ 16
E.       Parameter Pengamatan ........................................................................... 19
IV.  ANALISA STATISTIK ...............................................................................  21
V.    ANGGARAN BIAYA ................................................................................. 26
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 28
LAMPIRAN.......................................................................................................... 30




iii
DAFTAR TABEL
Tabel                                                                                                            Halaman
1.      Kombinasi Perlakuan .................................................................................        16
2.      Pengamatan ...............................................................................................        22
3.      Analisa Sidik Ragam..................................................................................        24



















iv
 
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran                                                                                                         Halaman
1.      Jadwal Kegiatan Penelitian ............................................................................ 30
2.      Lay Out Penelitian Menurut Rancangan Acak Lengkap (RAL)..................... 31
3.      Deskripsi tanaman kacang hijau varietas vima................................................ 32






 
I.                  

PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Kacang hijau ( Vigna radiate. L ) merupakan salah satu tanaman Leguminosa yang tumbuh baik didaerah tropis yang memiliki nilai gizi dan ekonomis penting setelah tanaman kacang tanah dan kedelai. Tanaman pangan ini dikenal luas dan sudah lama dibudidayakan di Indonesia. Bila dari kesesuaian iklim dan kondisi lahan yang dimiliki, Indonesia termasuk salah satu negara yang memiliki kesempatan untuk melakukan ekspor kacang hijau.
Tanaman ini memiliki kelebihan dibandingkan dengan tanaman lain seperti kacang tanah dan kacang kedelai dari sisi agronomi dan ekonomi. Dari sisi agronomi, kacang hijau termasuk jenis tanaman yang tahan kekeringan dan dapat tumbuh pada tanah yang kurang subur juga tahan terhadap hama dan penyakit. Dari sisi ekonomi, kacang hijau termasuk tanaman pangan yang banyak dibutuhkan oleh masyarakat, oleh karena itu harganya relatif stabil.
Selain itu tanaman kacang hijau kaya akan kandungan gizi. Hal ini karena kacang hijau merupakan sumber protein nabati, vitamin A, B1, C dan E), serta kandungan zat lain. Kandungan per 100 gram terdiri dari 345 kalori, 22 g protein, 1,2 g lemak, 62,9 g karbohidrat, 125 mg kalsium, 320 mg fosfor, 6,7 mg zat besi, 157 SI vitamin A, 0, 64 mg vitamin B1, 6 mg vitamin C, dan 10 g air                                          ( Purwono dan Purwanti, 2007).
Hingga saat ini permintaan terhadap tanaman kacang hijau setiap tahunnya mengalami peningkatan. Namun satu hal yang sangat disayangkan, permintaan kacang hijau ini tidak diikuti oleh perkembangan luas tanamnya. Adapun data terahir (2009) menunjukan luas areal pertanaman kacang hijau 288.206 ha dengan produksi 314.486 ton atau produktivitasnya sebesar 10,91 ku/ha (Badan Pusat Statistik dan DITJEN, balai penelitian tanaman pangan, 2009). Sedangkan untuk provinsi riau rata-rata sekitar 1.346 ton(Badan Pusat Statistic Provinsi Riau, 2009)
Sampai saat ini perhatian masyarakat terhadap kacang hijau masih kurang. Kurangnya perhatian ini diantaranya disebabkan oleh hasil yang dicapai per hektarnya masih rendah. Di samping itu, panen kacang hijau ini harus dikerjakan beberapa kali. Dari segi agronomis dapat dilakukan dengan tindakan pemupukan KCl dan pengaturan jumlah populasi, jarak tanam, sanitasi, pengendalian hama dan penyakit tanaman. Salah satu penyebab masih rendahnya produksi kacang hijau adalah kurangnya unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Oleh karena itu dilakukan perbaikan unsur hara yang ada didalam tanah, dengan melakukan pemupukan.                 (Purwono dan Purwanti, 2009).
Dewasa ini, sistem pertanian organik, semi organik dan sistem lainnya yang berbasis low external input and sustainable agrikultur (LEISA) telah mulai tumbuh dan berkembang. Hal ini dikarenakan bahwa asupan yang berasal dari bahan organik lebih dapat menjamin produktivitas lahan dan produksi tanaman secara berkelanjutan. Selain banyak tersedia dan mudah didapat, penggunaan bahan-bahan organik juga dapat menekan biaya produksi, sehingga lebih ekonomis. Bahan organik yang dimaksud dalam hal ini adalah limbah cair pabrik kelapa sawit (Liquid sludge) yang berasal dari pabrik kelapa sawit.
Sludge merupakan hasil ahir dari pengolhan minyak kelapa sawit yang berasal dari pengolahan minyak yang berasal dari limbah cair maupun limbah padat yang telah diendapkan dapat dimanfaatkan sebagai penambah kesuburan tanah yang termasuk kelompok pupuk organik. Jika ini tidak dikelola dengan baik maka akan mencemari lingkungan berupa bau yang tidak sedap akibat adanya dekomposisi kandungan solid oleh mikroorganisme. Oleh  karena itu perlu adanya perhatian yang sungguh-sungguh agar limbah yang berpotensi sebagai pencemaran lingkungan dapat berubah menjadi sumberdaya alam yang potensial dan ramah lingkungan untuk kegiatan budidaya tanaman. Limbah industri kelapa sawit dapat menimbulkan masalah dalam penanganannya karena mengandung sejumlah bahan-bahan organik dan kimia yang bisa berbahaya bagi kelangsungan hidup mahluk hidup yang ada disekitarnya baik didarat maupun di perairan (Betty Dan Winiati, 2007).
Ginting, (2007) menyatakan Limbah kelapa sawit terdiri dari limbah cair dan limbah padat berupa janjangan kosong serabut dan kulit cangkang, limbah cair pabrik ini merupakan sisa dari proses produksi yang mengandung konsentrasi padatan tinggi dan sangat potensial menciptakan pencemaran apabila tidak dikelola dan dimanfaatkan dengan baik. Menurut Loebis dan Tobing, (2011). Limbah cair pabrik pengolahan kelapa sawit mengandung unsur hara yang tinggi seperti N, P, K, Mg, dan Ca, sehingga limbah cair tersebut berpeluang untuk digunakan sebagai sumber hara bagi tanaman, disamping memberikan kelembaban tanah, juga dapat meningkatkan sifat fisik–kimia tanah, serta dapat meningkatkan status hara tanah.
Fosfor merupakan salah satu nutrisi utama yang sangat penting dalam pertumbuhan tanaman. Fosfor tidak terdapat secara bebas di alam. Fosfor ditemukan sebagai fosfat dalam beberapa mineral, tanaman dan merupakan unsur pokok dari protoplasma. Fosfor terdapat dalam air sebagai ortofosfat. Sumber fosfor alami dalam air berasal dari pelepasan mineral-meneral dan biji-bijian. Pada pH lebih rendah, tanaman lebih banyak menyerap ion ortofosfat primer, dan pada pH yang lebih tinggi ion ortofosfat sekunder yang lebih banyak diserap oleh tanaman (Hanafiah, 2005). Biasanya fosfor dijumpai dalam jumlah yang banyak dalam biji, walaupun ia juga terdapat dalam semua bagian tanaman. Fosfor sebagian besar berasal dari pelapukan batuan mineral alami, sisanya berasal dari pelapukan bahan organik. Walaupun sumber fosfor didalam tanah mineral cukup banyak, tanaman masih bisa mengalami kekurangan fosfor. Pasalnya, sebagian besar fosfor terikat secara kimia oleh unsur lain sehingga menjadi senyawa yang sangat sukar larut dalam air. Mungkin hanya 1 % fosfor yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman.
Ketersediaan fosfor didalam tanah ditentukan oleh banyak faktor, tetapi yang paling penting adalah pH tanah. Pada tanah ber-pH rendah, fosfor akan bereaksi dengan ion besi dan aluminium. Reaksi ini membentuk besi fosfat atau aluminium fosfat yang sukar larut dalam air sehingga tidak dapat digunakan oleh tanaman. Pada tanah ber pH tinggi, fosfor akan bereaksi dengan ion kalsium. Reaksi ini membentuk ion kalsium fosfat yang sifatnya sukar larut dan tidak dapat digunakan oleh tanaman. Dengan demikian, tanpa memperhatikan pH tanah, pemupukan fosfor tidak akan berpengaruh bagi pertumbuhan tanaman.
Pupuk SP-36 (fosfor) merupakan pupuk tunggal artinya hara yang dikandungnya hanya satu. Senyawa ini dibutuhkan dalam pembentukan protein dan lemak. Pupuk SP-36 sangat dianjurkan sebagai pupuk dasar, yaitu digunakan pada saat tanam dan sebagai pupuk tambahan untuk menunjang pertumbuhan vegetatif seperti pembentukan daun, tunas dan cabang. Untuk menunjang efektivitas pemupukan dan pembentukan buah yang baik hingga didapat buah yang baik maka digunakan pupuk SP-36. Pupuk kandang digunakan untuk perbaikan sifat fisik tanah yang kurang unsur hara. Pupuk SP-36 membantu pembentukkan protein dan mineral yang sangat penting bagi tanaman, merangsang pertumbuhan dan perkembangan akar serta mempercepat pembungaan dan pembuahan tanaman. Dengan pemberian liquid sludge kelapa sawit dan pupuk SP-36 diharapkan dapat mengatasi permasalahan pada pembudidayaan kacang hijau. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pemberian Liquid Sludge Kelapa Sawit Dan Pupuk SP-36 Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiate. L)”.


B.  Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1.      Untuk mengetahui pengaruh interaksi pemberian Liquid Sludge dan pupuk SP-36 terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kacang hijau.
2.      Untuk mengetahui pengaruh Liquid Sludge terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kacang hijau.
3.      Untuk mengetahui pengaruh pupuk SP-36 terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kacang hijau.
C. Hipotesis
HO:
1.    Tidak ada pengaruh interaksi Liquid Sludge dan pupuk  SP-36 terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kacang hijau.
2.    Tidak ada pengaruh Liquid Sludge terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kacang hijau.
3.    Tidak ada pengaruh pupuk SP-36 terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kacang hijau.
HI:
1.    Ada pengaruh interaksi Liquid Sludge dan pupuk SP-36 terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kacang hijau.
2.    Ada pengaruh Liquid Sludge terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kacang hijau.
3.    Ada pengaruh pupuk SP-36 terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kacang hijau.























II.               

TINJAUAN PUSTAKA


Tanaman kacang hijau ( Vigna radiate. L) sudah lama dikenal dan ditanam oleh masyarakat tani di Indonesia. Asal usul tanaman kacang hijau diduga dari kawasan india. Nikolai Ivanovich Vavilov, seorang botani soviet, bahwa india merupakan daerah asal sejumlah famili Leguminosae. Salah satu bukti yang mendukung pendapat Vavilov adlah ditemukannya plasma nutfah kacang hijau jenis phaseolu mungo di India (Purwono dan Purwanti, 2007).
Kacang hijau merupakan tanaman berbentuk semak yang tumbuh tegak. Tanaman kacang hijau yang diduga berasal dari india kemudian menyebar ke berbagai Negara asia tropis, termasuk ke Indonesia diawal abad ke- 17. Di Indonesia kacang hijau juga dikenal  sebagai tanaman sayur semusim. Tanaman kacang hijau merupakan tanaman semusim yang berumur pendek (60 hari). Pemanenan kacang hijau dilakukan beberapa kali dan berahir pada hari ke- 80 setelah tanam. Adapun klasifikasi tanaman kacang hijau Divisi : Spermatophyta, Sub-divisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledoneae, Ordo : Rosales, Famili : Papilionaceae, Genus : Vigna, Spesies : Vigna radiate. L atau Phaseolus radiates (Purwono dan Purwanti, 2007).
Tanaman kacang hijau memiliki akar tunggang. Sistem perakarannya dibagi menjadi dua yaitu mesophytes dan xerophytes. Mesophytes mempunyai banyak cabang akar pada permukaan tanah dan tipe pertumbuhannya menyebar, sementara xerophytes memiliki akar cabang lebih sedikit dan memanjang ke arah bawah (Siswadi, 2006).
Batang tanaman kacang hijau berukuran kecil, berbulu, berwarna hijau kecokelat-cokelatan atau kemerah-merahan; tumbuh tegak mencapai ketinggian 30 cm - 110 cm dan bercabang menyebar ke semua arah. Daun tumbuh majemuk, tiga helai anak daun per tangkai. Helai daun berbentuk oval dengan ujung lancip dan berwarna hijau (Rukmana, 2004). Daun tanaman kacang hijau tumbuh majemuk dan terdiri dari tiga helai anak daun setiap tangkai. Letak daun berseling. Tangkai daun lebih panjang daripada daunnya sendiri (Purwono dan Purwanti, 2007).
 Bunga kacang hijau berkelamin sempurna (hermaprodite), berbentuk kupu-kupu, dan berwarna kuning. Proses penyerbukan terjadi pada malam hari sehingga pada pagi harinya bunga akan mekar dan pada sore hari menjadi layu          (Rukmana, 2004). Berdasarkan indikator di daerah sentrum produsen, keadaan iklim yang ideal untuk tanaman kacang hijau adalah daerah yang bersuhu 250C - 270C dengan kelembaban udara 50% - 80%, curah hujan antara 50 mm - 200 mm/bulan, dan cukup mendapat sinar matahari (tempat terbuka). Jumlah curah hujan dapat mempengaruhi produksi kacang hijau. Tanaman ini cocok ditanam pada musim kering (kemarau) yang rata-rata curah hujannya rendah (Rukmana, 2004).
Tanaman kacang hijau termasuk tanaman golongan C3. Artinya, tanaman ini tidak menghendaki radiasi dan suhu yang terlalu tinggi. Fotosintesis tanaman kacang hijau akan mencapai maksimum pada sekitar pukul 10.00. Radiasi yang terlalu terik tidak diinginkan oleh tanaman kacang hijau. Panjang hari yang diperlukan minimum 10 jam/hari (Purwono dan Purwanti, 2007). Hal yang penting diperhatikan dalam pemilihan lokasi kebun kacang hijau adalah tanahnya subur, gembur, banyak mengandung bahan organik (humus), aerasi dan drainasenya baik, serta mempunyai kisaran pH 5,8 - 6,5. Untuk tanah yang ber-pH lebih rendah dari pada 5,8 perlu dilakukan pengapuran (liming) (Rukmana, 2004).
Tanaman kacang hijau menghendaki tanah yang tidak terlalu berat. Artinya, tanah tidak terlalu banyak mengandung tanah liat. Tanah dengan kandungan bahan organik tinggi sangat disukai oleh tanaman kacang hijau. Tanah berpasir pun dapat digunakan untuk pertumbuhan tanaman kacang hijau, asalkan kandungan air tanahnya tetap terjaga dengan baik (Purwono dan Heni, 2007). Kacang hijau menghendaki tanah dengan kandungan hara (fosfor, kalium, kalsium, magnesium, dan belerang) yang cukup. Unsur hara ini penting untuk meningkatkan produksinya (Marzuki dan Soeprapto, 2001).
Pada tahun 1970-an varietas kacang hijau yang populer ditanam petani adalah varietas no. 129 dan varietas Bhakti. Kedua varietas tersebut berpotensi menghasilkan 1,6 ton biji kering/hektar, tetapi hasil rata-rata yang dicapai petani amat rendah karena kedua varietas tersebut peka terhadap penyakit bercak daun. Dalam perkembangan berikutnya telah dirakit aneka kacang hijau varietas unggul baru secara berkesinambungan dari tahun ke tahun. Varietas unggul prinsipnya adalah jenis tanaman yang mempunyai sifat-sifat lebih baik daripada jenis-jenis lainnya. Pemuliaan tanaman kacang hijau diarahkan untuk menghasilkan varietas unggul yang mempunyai sifat-sifat sebagai berikut, 1). Daya hasilnya tinggi, yakni mencapai 2 ton/hektar dan berkualitas baik, 2). Umur tanaman pendek (genjah) dan cepat berbuah (membentuk polong), 3). Tanaman tahan (resisten) terhadap penyakit utama, seperti bercak daun, kudis, embun tepung dan karat daun, 4). Daya adaptasinya luas terhadap berbagai keadaan lngkungan tumbuh, 5). Masak buah (polong) berlangsung serempak (Rukmana, 2004).
 Tahun 1954 – 1991 telah dilepas (dirilis) 13 varietas unggul kacang hijau yaitu Siwalik, Artaijo, Bhakti, No. 129, Merak, Manyar, Nuri, Gelatik, Walet, Betet, Parkit, Camar dan Merpati. Kacang hijau tidak akan memberi hasil yang maksimal apabila unsur hara yang diperlukan tidak cukup tersedia maka dari itu perlu diadakan pemupukan agar produktivitas mengikat baik secara kuantitatif dan kualitatif (Anonim, 2000). Pemberian pupuk juga membantu dalam penyerapan unsur hara, pupuk organik yang ditambahkan perlu dipecah dulu sebelum dapat digunakan tanaman sebagai hara yang diserap. Adapun tujuan dari pemupukan yaitu: memperbaiaki sifat-sifat fisik tanah sehingga tanaman dapat tumbuh dengan optimal, menurut jenisnya pupuk dibagi atas dua yaitu : pupuk alam (organik) dan pupuk buatan (anorganik) (Marsono, 2002).
Industri kelapa sawit di Indonesia merupakan salah satu industri yang strategis. Prospek perkembangan industri kelapa sawit saat ini sangat pesat dimana terjadinya peningkatan jumlah produksi kelapa sawit seiring menigkatnya kebutuhan manusia, salah satu contohnya adalah kebutuhan minyak kelapa sawit. Perkembangan yang pesat ini tentu menimbulkan implikasi masalah pencemaran lingkungan. Namun demikian pencemaran yang mungkin ditimbulkan tidak akan menjadi masalah dikemudian hari jika berhasil memanfaatkan potensi pencemaran menjadi lebih berguna. Limbah yang dihasilkan dari proses pengolahan minyak kelapa sawit adalah limbah cair dan padat. Limbah padat berupa tandan kosong dan cangkang sawit. Sementara limbah cairnya merupakan sisa dari proses pembuatan minyak yang berbentuk cair., imbah pabrik kelapa sawit di Indonesia sangat melimpah mencapai 28.7 juta ton limbah cair/tahun dan 15.2 juta ton limbah padat (TKKS)/tahun (Anonim, 2008).
Banyak produk  yang dihasilkan dari pemanfaatan limbah kelapa sawit, salah satunya adalah tandan kosong kelapa sawit, cangkang, serat dan lain-lain. Yang mana masing-masing dari komponen tersebut dapat dimanfaatkan secara maksimal. Pemanfaatan limbah padat dari industri kelapa sawit yang telah dilakukan oleh pusat penelitian kelapa sawit meliputi pembuatan kertas dari pulp TKS, pemanfaatan serat untuk polypot, papan partikel, panel semen, batu cetak, serat berlateks, teknologi pembuatan arang dari cangkang dan TKS, kompos dari TKS dan beberapa produk lainnya (Pusat Penelitian Kelapa Sawit).  Limbah cair berasal dari pengembunan uap air. Limbah cair industri kelapa sawit memiliki kadar air 95%, 4,5% padatan dalam bentuk terlarut/ tersuspensi, 0.5-1% sisa minyak dan lemak emulsi. Asam terjadi pelepasan asam lemak bebas selama proses. Limbah cair industri kelapa sawit juga memiliki temperatur yang tinggi 60 - 80oC berasal dari proses kondensasi.         (Ginting, 2007).
Salah satu limbah cair yang dihasilkan dalam proses pengolahan kelapa sawit adalah lumpur. Menurut Anonim (2002) lumpur tersebut mengandung BOD 100 ppm, 52 ppm N, 12 ppm P, 2300 ppm K dan 539 ppm Mg sedangkan endapannya mengandung 1000-3000 ppm BOD, 2670 ppm N, 461 ppm P, 2378 ppm K dan 1004 ppm Mg. Adapun jumlah limbah kelapa sawit berupa limbah padat dan cair yang melimpah dapat menimbulkan efek pencemaran lingkungan yang serius. Maka dari itu perlu dilakukan pengelolaan dari limbah industri kelapa sawit yang ada. Untuk penambahan bahan organik selain pupuk kandang kita dapat memanfaatkan Liquid Sludge. Liquid Sludge merupakan hasil akhir dari pengolahan kelapa sawit yang berupa lumpur cair.
Menurut Tarigan dalam Pambudi (2004) limbah sawit yang menumpuk disekitar pabrik kelapa sawit selama satu bulan masih mengandung komposisi unsure hara yang baik. Limbah cair pabrik pengolahan kelapa sawit mengandung unsur hara yang tinggi seperti N, P, K, Mg dan Ca, sehingga limbah cair tersebut berpeluang untuk digunakan sebagai sumber hara bagi tanaman, disamping memberikan kelembaban tanah, juga dapat meningkatkan sifat fisik–kimia tanah, serta dapat meningkatkan status hara tanah. Pemberian sludge kelapa sawit secara tunggal sangat berpengaruh nyata pada parameter yang diamati pada buah pare betina, bunga jantan, jumlah bunga, umur panen pertanaman dan jumlah buah sisa pertanaman. Perlakuan terbaik tersebut adalah dengan pemberian sludge kelapa sawit 70 ton/ha (Novianti, 2005).  Pemberian sludge kelapa sawit  dengan dosis 20ton/ha pada tanaman kubis bulat dapat meningkatkan hasil produksi, hal ini dapat menyamai pemberian 30 ton/ha pupuk kandang pada tanaman yang sama ( Tarigan , 2004).
Fosfor merupakan salah satu nutrisi utama yang sangat penting dalam pertumbuhan tanaman. Fosfor tidak terdapat secara bebas di alam. Fosfor ditemukan sebagai fosfat dalam beberapa mineral, tanaman dan merupakan unsur pokok dari protoplasma. Fosfor terdapat dalam air sebagai ortofosfat. Sumber fosfor alami dalam air berasal dari pelepasan mineral-meneral dan biji-bijian (Djafarudin, 1989).
Fosfat terdapat dalam tiga bentuk yaitu H2PO4-, HPO42-, dan PO43-. Fosfat umumnya diserap oleh tanaman dalam bentuk ion ortofosfat primer H2PO4- atau ortofosfat sekunder HPO42- sedangkan PO43- lebih sulit diserap oleh tanaman. Bentuk yang paling dominan dari ketiga fosfat tersebut dalam tanah bergantung pada pH tanah. Pada pH lebih rendah, tanaman lebih banyak menyerap ion ortofosfat primer, dan pada pH yang lebih tinggi ion ortofosfat sekunder yang lebih banyak diserap oleh tanaman (Hanafiah, 2005).
Pupuk fospor adalah salah satu pupuk yang dapat diberikan melalui tanah. Pospor sangat penting untuk pertumbuhan tanaman yang sebagian besar hampir mempengaruhi pada proses perkembangan akar dan perkembangan akar dan pembiakan generatif seperti bunga serta biji (Novizan, 2002). Tanaman yang kekurangan pospor dan menimbulkan gejala diantaranya 1). Tanaman akan tumbuh kerdil, 2). Warna daun menjadi kekuningan, 3). Pada tanaman muda daun akan berwarna hijau keunguan, 4). Warna kuning pertama kali dijumpai pada daun yang tua karna sifat pospor yang mobil dalam tanaman sehingga dalam keadaan kekurangan pospor akan ditranslokasikan kebagian tanaman yang lebih muda dan 5). Pembentukan bunga, biji dan buah terhambat sehingga masa panen lebih lama. Selain itu persentase bunga menjadi buah menurun akibat penyerbukan yang tidak sempurna (Novizan, 2002). Agustina (2004) bahwa kegunaan unsur pospat (P) yaitu berperan penting dalam transfer energi dalam sel tanaman. Pembentukan membran sel (Lemak pospat) dan meningkatkan efisiensi fungsi dan penggunaan P.
Pupuk P dibutuhkan tanaman untuk menyusun 0,1-0,4 bahan kering tanaman. Unsur ini sangat penting didalam proses fotosintesis dan fisiologis kimiawi tanaman. Sumber utama fospat adalah batu fosfat yang telah melewati proses pengasaman atau pemanasan untuk mendapatkan larutan fosfat (Redaksi Agromedia, 2007). Pengisian sel-sel daging buah dengan karbohidrat dan perubahanya menjadi gula selama perkembangan buah dan pematangan buah perlu didukung oleh unsur hara yang cukup dan seimbang pada saat yang tepat terutama pupuk P karena pupuk P mempunyai manfaat membantu pembentukan protein dan mineral yang sangat penting bagi tanaman, merangsang pertumbuhan dan perkembangan akar, mempercepat pembungaan dan pembuahan (Rismunandar, 1990).
Pemupukan bertujuan untuk menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman bagi pertumbuhan tanaman dan produksi buah yang berkualitas tinggi, yang tidak dapat disediakan oleh tanah pada lokasi penanaman. Pupuk P sangat dianjurkan sebagai pupuk dasar yaitu diberikan pada saat tanam. Karena pupuk ini sangat lambat tersedia bagi tanaman dan diberikan sedini mungkin supaya dapat dibutuhkan pada saat stadia permulaan tumbuh. Keuntungan pemberian pupuk dari awal dalam pertumbuhan tanaman akan mendorong pertumbuhan akar permulaan yang memberikan daya serap hara yang lebih tinggi (Hakim dkk, 1986).
Bila ditinjau ketersediaan fosfor didalam tanah, Novizan (2002), mengemukakan bahwa ketersediaan fosfor didalam tanah ditentukan oleh banyak faktor tetapi yang paling penting adalah pH tanah pada tanah yang ber-pH rendah (asam), fosfor akan bereaksi dengan ion besi dan alumunium fosfat yang sukar larut didalam air sehingga tidak dapat digunakan oleh tanaman. Dalam hal ini bahwa pH merupakan faktor yang dominan yang mempengaruhi ketersediaan fosfor didalam tanah. Salah satu cara yang paling efektif untuk menetralkan tanah asam (meningkatkan pH) adalah memberikan kapur dolomit. Dengan demikian, tanpa memperhatikan pH tanah, pemupukan fosfor tidak akan berpengaruh bagi pertumbuhan tanaman.
            Menurut hasil penelitian Saipul (2000), pemberian pupuk P 30 gr/tanaman mempengaruhi terhadap umur panen tanaman kacang panjang. Terjadinya perbedaan umur panen pada dosis 15 gr membuktikan dosis unsur P yang dibutuhkan tanaman dala pembentukan polong dan biji sudah dalam keadaan berimbang dibandingkan dosis 15 gr/tanaman lebih rendah sehingga menghambat masa panen. Kacang hijau dapat menyuplai sendiri sebagian  hara nitrogen. Namun perlu ditambahkan lagi sedikit pupuk urea. Dosis pupuk yang diberikan berkisar Urea 50-100 kg/ha, 100 kg SP-36/ha dan 50-70 kg KCl/ha (Purwono dan Purwanti, 2007).  







III.            

BAHAN DAN METODE

A.      Tempat dan Waktu
Penelitian ini akan dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau Pekanbaru, Jalan Kaharudin Nasution No. 113 Perhentian Marpoyan, Kecamatan Bukit Raya. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan terhitung dari bulan Januari sampai Maret  2012  (lampiran 1).

B.  Bahan dan Alat
   Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kacang hijau dengan Varietas Vima, Furadan 3G, pupuk SP-36, pupuk Urea dan Liquid Sludge yang diambil dari Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PT. Mega Nusa Inti Sawit di Desa Seresam, Kecamatan Seberida, Kabupaten Indragiri Hulu, Riau. Sedangkan alat yang digunakan antara lain cangkul, parang, garu, handspayer, timbangan, meteran, gembor, kuas,  tali raffia, kayu dan alat-alat tulis.

C.      Metoda Penelitian         
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 2 faktor yaitu L ( Liquid sludge ) dan S (Pupuk SP-36) terdiri dari 4 taraf, setiap perlakuan terdiri dari 3 ulangan sehingga diperoleh 48 satuan percobaan. Setiap plot terdiri dari 12 tanaman dan 3 tanaman sebagai sampel.
Faktor L (Liquid sludge)
L0 = Tanpa Pemberian Liquid Sludge
L1 = Dengan Dosis 0,48 kg/plot setara dengan 5 ton/ha
L2 = Dengan Dosis 0,96 kg/plot setara dengan 10 ton/ha 
  L3 = Dengan Dosis 1,92 kg/plot setara dengan 20 ton/ha
Faktor S ( SP-36  ) yaitu:
S0 = Tanpa Pemberian SP-36
S1 = Dengan Dosis   4,8 g/plot setara dengan 50 kg/ha
S2 = Dengan Dosis   9,6 g/plot setara dengan 100 kg/ha
S3 = Dengan Dosis   14,4 g/plot setara dengan 150 kg/ha

Kombinasi aplikasi Liquid Sludge dan pupuk SP-36 dapat dilihat  pada tabel 1.
Tabel 1. Kombinasi Perlakuan pemberian liquid sludge dan pupuk SP-36 Pada Tanaman Kacang Hijau.

Faktor L
Faktor S

S0
S1
S2
S3
L0
L0S0
L0S1
L0S2
L0S3
L1
L1S0
L1S1
L1S2
L1S3
L2
L2S0
L2S1
L2S2
L2S3
L3
L3S0
L3S1
L3S2
L3S3

Dari hasil pengamatan masing–masing perlakuan dianalisa secara statistik. Apabila F hitung lebih besar dari F tabel maka dilanjutkan dengan uji lanjut beda nyata jujur (BNJ) pada taraf 5 %.

D.      Pelaksanaan
1.      Persiapan Lahan
Pada saat pelaksanaan lahan untuk mempersiapkan penelitian ini lahan yang akan digunakan untuk penelitian dibersihkan dari gulma dan sisa tanaman kemudian dikumpulkan menjadi satu lalu dibuang dan dibakar diluar lahan penelitian kemudian dilakukan pengolahan tanah tahap pertama, pengolahan kedua adalah Pembuatan plot sebanyak 48 plot dengan ukuran 120 cm x 80cm dengan jarak antar plot 50 cm.
2.      Pemasangan Label
Label yang telah disiapkan dipasang sesuai dengan perlakuan masing-masing pada plot yang telah disiapkan kemudian disesuaikan dengan lay out penelitian dilapangan. Pemasangan label dilakukan satu hari sebelum pemberian perlakuan.
3.      Perlakuan
a.     Pemberian Liquid Sludge
Pemberian perlakuan dilakukan pada saat satu minggu sebelum tanam diberikan sesuai dengan perlakuan masing-masing. Liquid Sludge diambil dari perkebunan kelapa sawit yaitu limbah hasil pengolahan terahir atau limnah yang sudah bisa dijadikan sebagai pupuk, sedangkan cara pemberian perlakuan liquid sludge disebarkan pada bagian atas plot.
b.    Pemberian Pupuk SP-36.
Pemberian Pupuk SP-36 dilakukan pada saat tanam dengan cara larikan dengan jarak 15 cm dari lubang tanam.
4.      Penanaman
Biji kacang hijau yang akan ditanaman sebelumnya telah diseleksi. Jarak tanam yang digunkan 40 cm x 20 cm dengan 1 butir benih perlubang tanam. Kedalaman lubang tanam sekitar 3 cm – 4 cm. sebelum penanaman benih kacang hijau terlebih dahulu diinokulasi dengan tanah bekas tanaman kacang hijau dengan perbandingan 100g/kg benih dengan tanah.
5.      Pemeliharaan
a.     Penyiranaman
 Penyiraman dilakukan  dua kali dalam satu hari, jika turun hujan tidak dilakukan. Penyiraman bertujuan agar kelembaban tanah di sekitar daerah perakaran tetap terjaga dan penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor.
b.    Penyiangan
Penyiangan gulma dilakukan saat tanaman berumur dua minggu dengan menggunakan tangan atau alat yang disediakan dilahan dan penyiangan dilakukan pada sore hari. Penyiangan dilakukan dengan cara mencabut gulma yang tumbuh disekitar tanaman.
c.     Pemupukan
Pemupukan untuk memacu pertumbuhan dan produksi kacang hijau, perlu dilakukan pemupukan Urea 9,6 g/plot dan KCl 70 5,6 g/plot. Pemupukan dilakukan saat tanam atau sebagai pupuk dasar. Bersamaan dengan pemberian pupuk SP-36 dengan cara larikan.
d.    Pengandalian Hama dan Penyakit
Pengendalian tanaman ditujukan kemungkinan terjadi gangguan hama dan penyakit. Tehnik pengendalian tanaman pada kacang hijau adalah dengan mempraktekan strategi pengendalian hama dan penyakit secara terpadu. Beberapa komponen pengendalian hama dan penyakit yang umum dilakukan adalah sebagai berikut: (1)Tehnik Bercocok tanam, antara lain: sanitasi kebun, penggunaan benih atau bibit yang sehat, pengaturan jarak tanam, pemupukan yang berimbang, draenase yang baik, waktu tanam yang tepat dan penggunaan tanaman perangkap atau penghalang. (2)Penggunaan varietas yang tahan terhadap serangan penyakit.
6.           Panen (hari)
Panen kacang hijau dapat dilakukan secara serempak, ≥ 50% dari populasi menunjukan kiteria panen. Waktu panen dilakukan pada waktu polong berwarna cokelat atau hitam dan masih utuh. Panen dilakukan sebanyak 5 kali.

E.       Parameter Pengamatan
Parameter yang diamati dalam penelitian ini antara lain:
1.      Tinggi Tanaman (cm)
Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dua minggu setelah penanaman, diukur dari bagian pangkal batang (permukaan tanah) sampai ke titik tumbuh tanaman kacang hijau. Pengukuran dengan menggunakan meteran, sedangkan interval pengukuran dilakukan satu minggu sekali samapai tanaman berbunga.
2.      Jumlah Cabang Primer (Batang)
Penghitungan jumlah cabang sekunder dilakukan pada cabang yang keluar dari batang  primer dilakukan sejak tanaman berumur dua minggu sampai berbunga, dilakukan 1 x 1 minggu.
3.      Umur Berbunga (Hari)
Pengamatan umur berbunga dilakukan dengan cara menghitung jumlah hari sejak penanaman hingga tanaman mengeluarkan bunga dengan kriteria > 50% populasi setiap plot.
4.      Umur Panen Pertama (Hari)
Umur panen pertama dilakukan dengan cara mengghitung jumlah hari sejak penanaman hingga tanaman memiliki > 50% dari populasi setiap plot memenuhi persyaratan panen, adapun kriteria buah yang akan dipanen adalah: polong berwarna cokelat atau hitam warna dimulai dari  ujung polong. Pemanenan dilakukan dengan cara memetik satu persatu polong yang telah menunjukan kriteria panen dengan interval satu minggu setelah panen pertama.
5.         Persentase  polong Bernas  (%)
Pengamatan ini dilakukan dengan menghitung jumlah keseluruhan polong bernas dan dibagi berat polong yang terbentuk pada batang. Baik polong bernas maupun yang hampa. Selanjutnya data dianalisis secara statistik dan disajikan dalam bentuk tabel. 

6.         Bobot 100 Biji Kering (g)
Pengamatan terhadap berat 100 biji kering dilakukan dengan mengeringkan 100 biji  yang diambil secara acak, kemudian dijemur selama 2-3 hari, lalu biji tersebut ditimbang. Untuk mencari kadar air biji kering  dapat digunakan rumus :
Kemudian dikonversikan kekadar air 14% dengan rumus :
7.           Berat Biji Pertanaman (g)
Pengamatan berat biji yaitu menimbang berat biji yang dipanen pada tiap tanaman dengan cara memetik polong yang telah menunjukan kriteria buah matang atau buah siap panen kemudian ditimbang hasilnya dari tiap masing-masing tanaman.

IV.            


ANALISA STATISTIK

   Untuk mendapatkan hasil dan kesimpulan dalam penelitian ini digunakan analisis statistik Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang disusun secara faktorial dengan menggunakan rumus :
            Ylsr                 = μ + Ll+ Ss + LlSs + Σ LlSs
         Dimana   :
            Ylsr                 = Hasil pengamatan dari faktor L pada taraf ke-l dan Faktor
                                      S pada taraf ke-s dengan ulangan ke-r
            μ                      = Nilai tengah umum
            Ll                     = Faktor L pada taraf ke-l
            Ss                    = Faktor S pada taraf ke-s
            LlSs                 = Interaksi faktor L dan faktor S pada taraf ke-l dan ke-s
            Σ(gan)              = Efek error dari taraf ke-l sampai ke-s dan ulangan ke-r

         Keterangan :
            L                      = 0,1,2,3 (Liquid sludge)
            S                      = 0,1,2,3 (Dosis SP-36)
            r                       = 1,2,3 (ulangan)
           





Tabel 2. Pengamatan

Faktor
L
Ulangan
Faktor S
Jumlah
Rerata
S0
S1
S2
S3

L0
1
Y001
Y011
Y021
Y031


2
Y002
Y012
Y022
Y032


3
Y003
Y013
Y023
Y033


Jumlah
J00.
J01.
J02.
J03.
J0..

Rerata
Y00.
Y01.
Y02.
Y03.

Y0..

L1
1
Y101
Y111
Y121
Y131


2
Y102
Y112
Y122
Y132


3
Y103
Y113
Y123
Y133


Jumlah
J10.
J11.
J12.
J13.
J1..

Rerata
Y10.
Y11.
Y12.
Y13.

Y1..

L2
1
Y201
Y211
Y221
Y231


2
Y202
Y212
Y222
Y232


3
Y203
Y213
Y223
Y233


Jumlah
J20.
J21.
J22.
J23.
J2..

Rerata
Y20.
Y21.
Y22.
Y23.

Y2..

L3
1
Y301
Y311
Y321
Y331


2
Y302
Y312
Y322
Y332


3
Y303
Y313
Y323
Y333


Jumlah
J30.
J31.
J32.
J33.
J3..

Rerata
Y30.
Y31.
Y32.
Y33.

Y3..
Jumlah besar
J.0.
J.1.
J.2.
J.3.
J…

Rerata besar
Y.0.
Y.1.
Y.2.
Y.3.

Y…


Analisis Sidik Ragam
FK                   = ( J…)2
                            l.s.r
JKT                 = (Y001)2 + (Y002)2 + (Y003)2 + …… + (Y333)2 - FK
JKL                 = (J.0.)2 + (J.1.)2 + (J.2.)2 + (J.3.)2 _ FK
                                                 s.r
JKS                = (J0..)2 + (J1..)2 + (J2..)2 + (J3..)2 _ FK
                                                 l.r
JKLS               = (J00.)2 + (J01.)2 + (J02.)2 + … + (J33.)2  - FK – JKl – JKs
                                                            r
JK Error          = JK Total – JKL – JKS – JKLs
Keterangan :
FK                   = Faktor Koreksi
JKT                 = Jumlah Kuadrat Total
JKL                 = Jumlah Kuadrat untuk semua taraf faktor L
JS                    = Jumlah Kuadrat untuk semua taraf faktor S
JKLK              = Jumlah Kuadrat untuk interaksi faktor L dan faktor S
JK Error          = Jumlah Kuadrat Kesalahan


Tabel 3. Daftar Analisis Sidik Ragam ( ANOVA )
Sumber variasi
DB
JK
KT
F.hitung
F. tabel
Rerata
L
S
LS
Error
1
3
3
9
32
FK
JKL
JKS
JKLS
JKE
-
JKL/ 3
JKS/ 3
JKLS/ 9
JKE/ 32
-
KTL/KTE
KTS/KTE
KTLS/KTE
-
-
-
-
-
-
Jumlah
48





Keterangan :
DB         : Derajat kebebasan
JK          : Jumlah kuadrat
KT         : Rata – rata jumlah kuadrat
KTE       : Rata – rata kuadrat kekeliruan
JL          : Rata – rata jumlah kuadrat faktor L
JKS        : Rata – rata jumlah kuadrat faktor S
JKLK    : Rata – rata jumlah kuadrat Intraksi faktor L dengan faktor S
L            : Faktor L (Dosis Liquid Sludge)
S            : Faktor K (Dosis pemberian pupuk SP-36)
LS          : Interaksi faktor L (Dosis Liquid Sludge) dan faktor S (Dosis Pupuk SP-36)
Jika pada hasil sidik ragam terdapat perlakuan yang berpengaruh nyata terhadap parameter yang diamati maka dapat dilanjutkan dengan uji lanjut Beda Nyata Jujur, pada taraf 5 % dengan mengunakan rumus sebagai berikut :
a. Untuk interaksi faktor L dan S   =  BNJ α  = q α (t x LS Error) x    
b. Untuk faktor L                            =  BNJ α = q α (t x LS Error) x
c. Untuk faktor S                            =  BNJ α  = q α (t x LS Error) x 
Keterangan :
         t       = Jumlah perlakuan
         r       = Ulangan
         q α   = Nilai range yang diambil pada kolom t dan baris pada DB error














V.   ANGGARAN BIAYA

Perincian biaya yang diperlukan selama penelitian adalah sebagai berikut :
A.    Administrasi
1.       Perbanyakan proposal                                                       Rp.  100.000
2.       Cetak sampul proposal                                                      Rp.   100.000
Jumlah                                                                                     Rp.  200.000
B.       Bahan-bahan
1.       Benih kacang hijau                                                            Rp.   50.000
2.       Pupuk KCl                                                                        Rp.   10.000
3.       Tali Rafia                                                                         Rp.    20.000
4.       Pupuk SP-36                                                                     Rp.   10.000
5.       Pupuk Urea                                                                       Rp.   10.000
6.       Curater 3G                                                                        Rp.    30.000
7.       Paku dan seng                                                                   Rp.    20.000
8.       Alat tulis                                                                           Rp.    20.000
Jumlah                                                                                   Rp.    190.000
C.    Alat-alat
1.       Cangkul                                                                             Rp     20.000
2.       Parang                                                                               Rp     20.000
3.       Garu                                                                                  Rp     20.000
4.       Gergaji                                                                              Rp     30.000
5.       Meteran                                                                             Rp     20.000
6.       Ember Plastik                                                                    Rp     10.000
7.       Alat – Alat Tulis                                                               Rp     20.000
8.       Paku                                                                                  Rp     40.000
9.       Papan                                                                                Rp    50.000
10.   Hand Splayer                                                                    Rp     50.000
11.   Gembor                                                                             Rp     50.000
12.   Pisau                                                                                  Rp     5000
13.   Martil                                                                                Rp     20.000
14.   Timbangan                                                                        Rp     40.000
            Jumlah                                                                                     Rp    395.000
D.    Biaya Lain-lain
1.       Transportasi                                                                       Rp    250.000
2.       Dokumentasi                                                                     Rp    50.000
3.       Biaya tak terduga                                                             Rp    50.000
  Jumlah                                                                                   Rp  150.000.
Total Biaya
A.     Biaya Administrasi                                                           Rp.   200.000
B.     Biaya Bahan                                                                      Rp.   190.000
C.     Biaya Alat                                                                         Rp.   395.000
D.     Biaya Lain-lain                                                                  Rp.   150.000
TOTAL                                                                                   Rp.    935.000
Terbilang: (Sembilan Ratus Tiga Puluh Lima Ribu Rupiah)






                                                 DAFTAR PUSTAKA

Alvenda, E. 2011. Limbah Cair Kelapa Sawit:http://alvenda.blogspot.com. (Diakses Pada Tanggal 3 Mei 2011).

Anonim. 2000. Budidaya Kacang Hijau. Penebar Swadaya. Jakarta.

       . 2002. Pupuk Organik Dan Hayati. Penebar Swadaya. Jakarta
       . 2008. Kapur Dolomit. PT. Polowijogosari, Jakarta.
Badan Pusat Statistik Dan DITJEN, Balai Penelitian Tanaman Pangan, 2005. (Badan Statistic Provinsi Riau, 2005).

Fatonah, S. Asih, D Dan Fitri. 2009. Pertumbuhan Vegetativ Bayam Cabut Dengan Pemupukan Limbah Cair Kelapa Sawit. Jurnal Penelitian no. 8. vol 31. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Riau. Pekanbaru.

Ginting, P. 2007. Sistem Pengelolaan Lingkungan Dan Limbah Indstri. Yrama Widia. Bandung.

Hadi, C. 2008. Pemberian Sludge Kelapa Sawit Dan NPK Pada Tanaman Cabai (Capsicum anum. L) Skripsi Fakultas Pertanian UIR. Pekanbaru.

Hanafiah. 2005. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius. Yogyakarta.

Hakim, dkk. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung.

Jenie, B dan Rahayu, W. 2007. Penanganan Limbah Industri Pangan. Kansius. Yogyakarta.

Mulyadi Dan Sutejo. 2010. Pedoman Pemupukan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Marjuki, R. dan Suprapto. 2001. Potensi dan Pengembangan Kacang Hijau. Penebar Swadaya. Jakarta.

Marsono. 2002. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadya. Jakarta.

Novizan. 2002. Petunjuk Pemupukan Yang Efektif. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Novianti R. 2005. Efektifitas Pemberian Sludge Dan Etherel Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Pare (Momodica charantika) Skripsi  Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian UIR. Pekanbaru

Purwono dan Purwanti, H. 2007. Budidaya Delapan Jenis Tanaman Pangan Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta.

Purnomo, H. 2008. Deskripsi Tanaman Kacang Hijau. pangan.litbang.deptan.go.id d/h www.puslittan.bogor.net (Diakses Pada Tanggal 2 September 2011).

Prajnanta. F. 1997. Penebar Swadaya. Jakarta. 163 hal.

Rukmana, R. 2004. Usaha Tani Tanaman Pangan Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta.

Redaksi Agromedia. 2007. Petunjuk Pemupukan. Agromedia Pustaka. Jakarta Selatan.
Rismunandar. 1990. Pengentahuan dasar Tentang Perabukan. Sinar Baru. Bandung.
Siswadi. 2006. Budidaya Tanaman Palawija. Citra Aji Parama. Yogyakarta.

Samekto, R. 2008. Pemupukan. Citra Aji Parama. Yogyakarta.

Saipul, R. 2000. Pengaruh Pemberian Kapur dan Pupuk TSP Pada Media Gambut Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kacang Panjang (Vigna sinensis.L). Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau.Pekanbaru.
Sastrosupadi, A. 2007. Rancangan Percobaan Praktis Bidang Pertanian. Kansius. Malang.

Tobing dan Loebis. 2011. Pengelolaan Limbah Cair Kelapa Sawit: http//:goegle.com. (Diakses Pada Tanggal 3 Mei 2011).

Tarigan. 2004. Pengelolaan Limbah Industry Dan Rumah Tangga. Rineka Cipta. Jakarta.










Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Penelitian


Kegiatan
Bulan /Tahun 2012
Januari
Febuari
Maret
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1. Persiapan Tempat


X
         
  







2. Pemasangan Label



X








3. Perlakuan
a. Pemberian Liquid Sludge
b. Pemberian Pupuk SP-36









X





X






4. Penanaman





X






5. Pemeliharaan






X
X
X
X


6. Pengamatan





X

X

X

X
7. Panen











X
8. Laporan











X




Lampiran. 3 Deskripsi Tanaman Kacang Hijau Varietas Vima
Nama Varietas
:
Vima
SK
:
MMC 157d-Kp-1
Tahun
:
2008
Tetua
:
Persilangan buatan tahun 1996 VC 1973 A x VC 2750 A
Rataan Hasil
:
1,76 t/ha
Potensi Hasil
:
1,38 t/ha
Warna Hipokotil
:
Hijau
Warna Daun
:
Hijau
Umur Berbunga 50 %
:
33 hari
Umur Masak 80 %
:
57 hari
Warna Bunga
:
Kuning
Warna Polong Muda
:
Hijau
Warna Polong Masak
:
Hitam
Tinggi Tanaman
:
53 cm
Tipe Tanaman
:
Determinit
Warna Biji
:
Hijau Kusam
Bobot 100 Butir
:
6,3 g
Kadar Protein
:
28,02 % basis kering
Kadar Lemak
:
0,40 % basis kering
Kadar Pati
:
67,62 % basis kering
Ketahanan Penyakit
:
Tahan penyakit embun tepung


                                                                                                          




2 komentar: