Selasa, 21 Februari 2012

laporan praktikum


I.                  

PENDAHULUAN

A.      Latar belakang
Semenjak manusia mengenal bercocok tanam, maka usaha untuk memperoleh hasil maksimal telah dilakukan.. Berbagai cara dilakukan, namun hasilnya selalu belum memuaskan.Penyebab berkurangnya hasil usaha tani karena faktor abiotis dan biotis. Faktor abiotis itu berupa gangguan yang disebabkan oleh faktor fisik atau kimia, seperti keadaan tanah, iklim dan bencana alam. Sedangkan faktor biotis adalah makhluk hidup yang menimbulkan kerusakan pada tanaman, seperti manusia, hewan/binatang, serangga, jasad mikro ataupun submikro dan lain sebagainya. Setelah diketahui kedua faktor tersebut sebagai pembatas ( penyebab produksi tanaman tidak maksimal ), maka usaha untuk meningkatkan dan mengurangi kehilangan hasil mulai dilaksanakan.
Setelah perang dunia kedua, yakni pada tahun lima puluhan, terjadi penggunaan pestisida dan pupuk kimia yaitu pemakaian bubur bordeux dan DDT yang berlebihan. Memang pada kenyataan terjadi peningkatan hasil karena faktor biotis dapat dikendalikan. Sehingga pemakaian bahan ini menjadi hal yang penting (utama) dalam dunia pertanian saat itu.Setelah berlangsung bertahun-tahun akhirnya penggunaan bahan kimia tidak lagi memberikan solusi peningkatan hasil-hasil pertanian. Hal ini disebabkan serangga / hama/ penyebab penyakit justru menjadi tahan ( resisten ) terhadap penggunaan bahan kimia tersebut. Tetapi setelah diketahui efek negatifnya, maka penggunaan DDT dilarang. Pada tahun enam puluhan terjadi revolusi hijau (”Green revolution”) yang lebih intensif dalam penggunaan varietas berpotensi hasil tinggi, anakan yang banyak, pengaturan tata air, perlindungan tanaman dan pemupukan. Pada awalnya, usaha ini dapat memberikan hasil pertanian yang memuaskan, namun beberapa tahun berikutnya terlihat gejala-gejala negatif mempengaruhi pertanian itu sendiri, lingkungan dan kesehatan. Efek negatif tersebut berupa timbulnya hama dan patogen yang tahan terhadap pestisida, munculnya hama baru, terjadinya peningkatan populasi hama dan patogen sekunder, berkurangnya populasi serangga yang bermanfaat, keracunan terhadap ternak dan manusia, residu bahan kimia dalam tanah dan tanaman, dan kerusakan tanaman. Memperhatikan berbagai efek negatif yang terjadi dari penggunaan bahan kimia tersebut, maka mulai diadakan penelitian-penelitian yang mengarah kepada penggunaan jasad hidup untuk penanggulangan kerusakan di dunia pertanian, yang dikenal dengan pengendalian biologi (”Biologic control”). Dalam metode ini dimanfaatkan serangga dan mikro organisme yang bersifat predator, parasitoid, dan peracun. Usaha untuk meningkatkan hasil pertanian terus berlanjut dengan memperhatikan aspek keamanan lingkungan, kesehatan manusia dan ekonomi, maka muncul istilah ”integrated pest control”, integrated pest control dan selanjutnya menjadi integrated pest management (IPM), yang dikenal dengan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) juga ada istilah Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT).
Untuk penerapannya membutuhkan strategi pengelolaan resiko, yang mencakup penggunaan tanaman tahan hama tahan hama dan penyakit, rotasi tanaman dengan pakan ternak, ledakan penyakit pada tanamna peka, dan penggunaan bahan kimia seminimal mungkin untuk mengendalikan gulma, hama, dan penyakit dengan mengikuti konsep PHT.
Pengendalian hama dan penyakit serta gulma secara terpadu akan menjangkau beberapa aktivitas, yaitu:
1) Penggunakan varietas tahan dalam proses pelepasan beruntun (sequencetial), asosiasi, dan kultur teknis untuk mencegah perkembangan hama dan penyakit;
2) Pemeliharaan keseimbangan biologi (biological balance) antara hama penyakit dengan musuh alami;
3) Adopsi praktek pengendalian menggunakan bahan organik bila memungkinkan;
4) Penggunakan teknik pendugaan hama penyakit bila telah tersedia;
5) Pengkajian semua metode yang memungkinkan, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, terhadap sistem produksi dan implikasinya terhadap lingkungan guna meminimalisasi pemakaian bahan kimia pertanian,khususnya dalam meningkatkan adopsi teknologi PHT;
6) Penyimpanan dan penggunaan bahan kimia yang sesuai dan terigristasi untuk individu tanaman, waktu, dan interval penggunaan sebelum panen.;
7.) Pengamanan penyimpanan bahan kimia dan hanya digunakan oleh personel yang sudah terlatih dan memiliki  kemampuan (knowledgeable persons);
8.) Pengamanan peralatan yang digunakan untuk mengatasi bahan kimia dengan meningkatkan keamanan dan  pemeliharaan standar; dan
9.) Pemeliharaan catatan secara akurat dari insektisida yang dipakai.
Pengembangan PHT dalam pertanian berkelanjutan didasari oleh resisitensi hama terhadap insektisida sebagai dampak dari penerapan pertanian modern yang terbukti telah menurunkan kualitas sumberdaya alam. Di lain pihak, pengembangan pertanian berkelanjutan juga didasari oleh munculnya gerakan pertanian organik.


B.       Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah:
1.      Memahami dan mempelajari kultur teknis atau tindakan pengendalian hama dan penyakit tanaman  yang tepat dalam budidaya tanaman jagung manisdan kacang tanah.
2.      Mempelajari dan menerapkan cara-cara pengendalian hama dan penyakit pada tanaman jagung manis dan kacang tanah.
3.      Mempelajari pembuatan pupuk kompos dengan menggunakan jamur trichoderma.
4.      Mengamalkan dan mempraktekan dalam kehidupan masyarakat petani khususnya.

II.               

TINJAUAN PUSTAKA

A.  Sejarah tanaman jagung manis (sweet corn)
 Berdasarkan bukti genetik, antropologi, dan arkeologi diketahui bahwa daerah asal jagung adalah Amerika Tengah (Meksiko bagian selatan). Budidaya jagung telah dilakukan di daerah ini 10.000 tahun yang lalu, lalu teknologi ini dibawa ke Amerika Selatan (Ekuador) sekitar 7000 tahun yang lalu, dan mencapai daerah pegunungan di selatan Peru pada 4000 tahun yang lalu. Kajian filogenetik menunjukkan bahwa jagung (Zea mays ssp. mays) merupakan keturunan langsung dari teosinte (Zea mays ssp. parviglumis).
Dalam proses domestikasinya yang berlangsung paling tidak 7000 tahun oleh penduduk asli setempat, masuk gen-gen dari subspesies lain, terutama Zea mays ssp. mexicana. Istilah teosinte sebenarnya digunakan untuk menggambarkan semua spesies dalam genus Zea, kecuali Zea mays ssp. mays. Proses domestikasi menjadikan jagung merupakan satu-satunya spesies tumbuhan yang tidak dapat hidup secara liar di alam. Hingga kini dikenal 50.000 varietas jagung, baik ras lokal maupun kultivar.
            Jagung termasuk Family graminal, golongan jagung di Indonesia ada 4 (empat) varietas yaitu:
1.      Zea mays indentota : disebut jagung gigi kuda, sedikit ditanam di Indonesia, karena kurang tahan terhadap hama bubuk.
2.      Zea mays indorata : atau jagung mutiara, banyak ditanam di Indonesia, tanaman jagung ini tahan terhadap hama bubuk dan jenis hama lainnya.
3.      Zea mays saccharata sturt : jagung manis ini sudah banyak dibudidayakan oleh masyarakat Riau khususnya Indonesia.
4.      Zea mays everta : jagung berondong, jagung ini diolah untuk dijadikan berondong.
Varietas jagung dapat dibedakan berdasarkan beberapa bentuk yaitu tinggi tempat penanaman, berdasarkan umur varietas, berdasarkan warna biji, berdasarkan pembenihannya, berdasarkan tipe biji dan lain lain.
a. Morfologi tanaman jagung
1. Akar
            Tanaman jagung berakar serabut, menyebar ke samping dan ke bawah sepanjang sekitar 25 cm. Penyebaran pada lapisan olah tanah dengan bentuk sistem perakarannya sangat bervariasi.
2. Batang
            Batang berwarna hijau sampai keungguan, berbentuk bulat dengan penampang melintang 2-2,5 cm. Tinggi tanaman bervariasi antara 125-300 cm. Batang berbuku buku yang dibatasi oleh ruas-ruas.
3. Daun
            Daun terdiri atas pelepah daun dan helaian daun. Helaian daun memanjang dengan ujung daun meruncing. Antara pelepah daun dengan helaian daun dibatasi oleh spicula yang berguna untuk menghalangi masuknya air hujan / embun ke dalam pelepah daun.
4. Bunga
Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah dalam satu tanaman (monoceous). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku Poaceae, yang disebut floret.
Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal: gluma). Bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol.
Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik.
Bunga jantan cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya (protandri). Bunga betina jagung berupa "tongkol" yang terbungkus oleh semacam pelepah dengan "rambut". Rambut jagung sebenarnya adalah tangkai putik.
5. Biji
            Biji tersusun rapi pada tongkol. Pada setiap tanaman jagung ada yang bertongkol satu dan ada pula yang bertongkol dua. Biji berkeping tunggal berderet pada tongkol, setiap tongkol terdiri atas 10-14 deret, dan tiap tongkol terdiri kurang lebih 200-400 butir.
B.     Sejarah tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.)
Family : Leguminoceae Nama daerah: aneue kacang (Aceh), kacang jawa (Manado), kacang goreng (Minangkabau), retak guring, retak tanah (Lampung), kacang suuk, kacang taneuh (Sunda), kacang brudul, kacang brul, kacang brol, kacang jebrol, kacang pendem, kacang prol, kacang srentul, kacang dna (Jawa), kacang aduk, otok cena (Madura), kaca (Gorontalo), canggoreng (Makasar, Salayar, Bugis, Majene), bonci (Ternate), nyiha cina (Tidore) Nama asing : groundnut atau peanut (Inggris)
Kacang tanah yang ada di Indonesia semula berasal dan Benua Amerika. Pertama kali kacang tanah masuk ke Indonesia diperkirakan dibawa oleh pedagang Spanyol sewaktu melakukan pelayaran dan Meksiko ke Maluku setelah tahun 1597. Pada tahun 1863, HolIe memasukkan kacang tanah dan Inggnis dan pada tahun 1864 Scheffer memasukkan pula kacang tanah dan Mesir. B. Jenis dan Varietas Unggul
Jenis tanaman yang ada di Indonesia ada 2 (dua) tipe, yaitu tipe tegak dan tipe menjalar. Tipe tegak adalah jenis kacang yang tumbuh lurus atau sedikit miring keatas, buahnya terdapat pada ruas-ruas dekat rumpun, umumnya pendek (genjah), dan kemasakan buahnya serempak. Sementara itu, kacang tanah tipe menjalar adalah jenis yang tumbuh ke arah samping, batang utama berukuran panjang, buah terdapat pada ruas-ruas yang berdekatan dengan tanah, dan umumnya berumur panjang.
Kacang tanah berkembang sejalan dengan meningkatnya industri makanan berbahan baku kacang tanah. Varietas yang paling ama dikenal adalah Gajah dan Banteng. Beberapa varietas yang saat mi banyak ditanam, antara lain Kelinci,
-          Deskripsi
Perakaran kacang tanah banyak, dalam, dan berbintil. Panjang akarnya dapat mencapai 2 m. Daun kacang tanah beranak empat helaldaun. Setelah terjadi penyerbukan, ginofor akan tumbuh dad dasar bunga. Ginofor n akan terus tumbuh secara geotropsme (menuju tanah). Setelah menembus tanah dan mencapai kedalaman 2—7 cm, gnofor tumbuh mendatar, membengkak, dan membentuk polong. Panjang gnofor tergantung pada letak/jarak bunga dengan permukaan tanah. Biasanya jika panjangnya Iebih dan 15 cm, ginofor akan berhenti tumbuh.





III.     

BAHAN DAN METODA

A.           Tempat dan waktu
Kegiatan peserta praktikum Agronomi Tanaman Makanan ini dilaksanakan dikebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau. Jl, Kaharuddin Nasution Km 11 Perhentian Marpoyan. Kegitan praktikum ini dimulai dari bulan  september 2011 sampi bulan Januari 2012.
B. Bahan dan Alat
a. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum pengendalian hama dan penyakit tanaman jagung manis dan kacang tanah adalah :
1.  Benih jagung manis
2.  Benih kacang tanah
3.  Pupuk kandang
4.  Pupuk NPK
5.  Curater (insektisida)
                 b. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum pengendalian hama dan penyakit tanaman jagung manis dan kacang tanah adalah :
1.      Cangkul
2.      Tajak
3.      Gembor
4.       Ember
5.      Knepsack 
IV.    

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.      Hasil pengamatan praktikum
Tabel 1. pengamatan tinggi tanaman kacang tanah (3 sampel)
Sampel
Tgl 29-10-2011
Tgl 12-11-2011
Tgl 3-12-2011
1
3cm
8cm
44cm
2
2cm
8cm
44cm
3
2cm
9cm
42cm
   Pengamatan dilakukan  satu kali dalam satu minggu
              Tabel 2.  pengamatan tinggi tanaman jagung (3 sampel)
Sampel
Tgl 29-10-2011
Tgl 12-11-2011
Tgl 3-12-2011
1
2cm
58cm
190cm
2
2cm
48cm
160cm
3
2cm
69cm
171cm

Tabel 5.  Hasil panen tanaman jagung dan kacang tanah
PANEN KE
Jagung
Kacang tanah
Keterangan
1


14

Panen dilaksanakan pada tanggal 31 Desember 2011, Pada panen pertama tanaman yang layak panen adalah 14 tongkol
2
24
1,3 kg
Panen dilaksanakan pada tanggal 7 januari 2012, pada panen kedua hasil panen adalah 24 tongkol, dan pada panen jagung kedua ini dilakukan juga pemanenan kacang tanah  hasil panen kacang tanah adalah 1,3 kg.
Jumlah total
38
1,3


Hasil panen semua tanaman tidak sesuai yang diinginkan dikarenakan oleh berbagai faktor berikut,  Gangguan Hama dan Penyakit Tanaman yang merusak buah tanaman dan penyakit fisiologis, yaitu kurangnya pemupukan dan kultur teknis yang kurang baik.    

B.     Pelaksanaan
1.   Pengolahan lahan
Melakukan pengolahan lahan dengan alat tradisional yaitu cangkul,  prinsip yang digunakan adalah untuk membolak-balik tanah, memecahkan dan membelah tanah. Dengan tujuan memperbaiki struktur tanah, airase tanah dan membunuh organisme pengganggu tanaman ataupun gulma.
2.      Pemberian pupuk kandang
Pemberian pupuk kandang dilakukan di atas bedengan yang telah dibuat sebelumnya, yaitu diberikan 1 karung pupuk kandang yang sudah matang dengan cara ditaburkan di atas bedengan. Pupuk kandang dibiarkan selama satu minggu sebelum tanam agar bakteri aerob aktif dalam tanah.


3.      Penanaman
Seminggu kemudian setelah ada perintah dari dosen yang bersangkutan dan asisten dosen, selanjutnya dilakukan penanaman jagung dan kacang tanah sesuai dengan cara tanam yang diberi oleh dosen yang bersangkutan. Penanaman jagung pada praktikum ini yaitu 2 baris kacang tanah dan 2 baris jagung manis baris di bedengan yang telah di pupuk kandang sebelumnya. Jarak tanam jagung 70 x 50 cm dan kacang tanah 20 x 20 cm dengan posisi kacang tanah ditengah, ditanam jikjak.

4.      Pemupukan
Setelah dilakukan sanitasi dan pembumbunan , saat tanaman berumur tiga minggu diberi pupuk NPK. Dari semua unsur hara yang diperlukan tanaman, unsur Nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K) merupakan “Three major element” (tiga unsur utama) yang bisa diberikan dalam bentuk pupuk. Pengambilan zat hara ini oleh tanaman sangat bervariasi bergantung pada tingkat kesuburan tanah, keadaan lingkungan, serta keadaan tanaman itu sendiri.
5.      Penyiraman
Tanaman tumbuh dengan baik pada curah hujan yang optimal selama pertumbuhannya. Kebutuhan airnya saat awal pertumbuhan tidak begitu tinggi dibanding dengan waktu berbunga yang membutuhkan air terbanyak. Pada waktu berbunga ini waktu hujan diselingi dengan sinar matahari jauh lebih baik daripada hujan terus-menerus. Namun jika tidak ada hujan tanaman harus disiram, penyiraman dilakukan setiap sore hari dengan menggunakan gembor.
6.      Pengendalian hama, penyakit dan gulma tanaman
Untuk pengendalian terhadap hama dan penyakit dan gulma tanaman  dilakukan dengan tindakan kultur teknis yang telah dipelajari pada perkuliahan pengendalian hama dan penyakit tanaman.
a.      Hama yang menyerang tanaman jagung dan kacang tanah
Semut api merupakan hama utama yang menyerang jagung dan kacang tanah di lahan praktikum pada saat tanaman berumur 7 hari atau pada masa tanaman berkecambah, dilakukan pengendalian dengan pemberian curater. Sedangkan pada saat tanaman berbuah hama yang mengganggu yaitu pada tanaman kacang tanah hama penggerek polong dan ulat grayak yang menyerang daun tanaman kacng tanah  sedangkan pada tanaman jagung yaitu, ulat yang menyerang tongkol jagung yang menyebabkan kualitas jagung menurun.

b.      Penyakit yang menyerang tanaman jagung
Penyakit layu bakteri dan penyakit bulai merupakan penyakit utama yang menyerang jagung di lahan praktikum, pengendalian dilakukan dengan cara mencabut dan membakar tanaman yang sakit supaya tidak menular ke tanaman yang sehat lainnya.
c.       Gulma
Jenis gulma yang mengganggu tanaman yaitu rumput teki dan bayam berduri.
Pengendalian gulma dilakukan secara mekanis yaitu dengan menyiang tanaman dengan menggunakan tangan dengan bantuan cangkul atau tajak.
7.      Panen
Panen dilakukan setelah buah tanaman siap panen dengan ciri-ciri tanaman masak secara fisiologis, yaitu pada jagung bulu pada jagung berwarna hitam dan biji berwarna kuning sedangkan kacang tanah yaitu daun menguning dan polong bernas.




V.     

KESIMPULAN DAN SARAN

A.      Kesimpulan
1.      Pada praktikum pengendalian hama dan penyakit tanaman komoditi tanaman jagung ini, Saya sebagai mahasiswa pertanian khususnya mahasiswa agroteknologi mengerti, mengetahui dan memahami berbagai tindakan pengendalian baik secara kultur teknis dan lain sebagainya dalam budidaya tanaman jagung.
2.      Pada praktikum pengendalian hama dan penyakit tanaman tentang pembuatan pupuk kompos trichoderma ini, Saya mengambil kesimpulan bahwa dalam pembudidayaan tanaman baik tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan sangat dianjurkan penggunaan kompos trichoderma karena kompos ini selain sebagai pupuk hijau juga sebagai agens hayati.

  1. Saran
1.      Sebaiknya dalam budidaya tanaman dapat lebih intensif lagi dalam hal penerapan pengendalian secara kultur teknis (tindakan agronomi) karena pengendalian kultur teknis ini sangat efektif dan efisien diterapkan.
2.      Pada praktikum pengendalian hama dan penyakit tanaman selanjutnya (semester yang akan datang), sebaiknya menggunakan komoditas tanaman yang lain, misalnya tanaman gandum, sorghum, ataupun okra. Agar mahasiswa tidak merasa jenuh pada komoditi tanaman jagung sebagai tanaman praktikum.



DAFTAR PUSTAKA

Purnawati, H. dan purwono, 2007. Budidaya delapan jenis tanaman pangan unggul. penebar swadaya. Bogor.
Untung, K. 1993. Pengantar pengelolaan hama terpadu. Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
Browsing Internet. www.google.com. Budidaya tanaman jagung.
Browsing Internet. www.google.com. Budidaya tanaman kacang tanah.
Browsing Internet. www.google.com. Pembuatan kompos.











LAMPIRAN
1. Jadwal kegiatan praktikum

Kegiatan praktikum
Bulan
September
Oktober 
November
Desember
Januari

1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
Pembagian lahan


X
X















Pemberian dolomit





X













Pemupukan dasar





X













Penanaman





X













Sanitasi

X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X







Menghitung tongkol










X








Kunjungan ke sumbar















X



Panen jagung pertama















X



Panen jagung kedua



















Panen kacang tanah



















Pembuatan pupuk kompos



















Penulisan laporan















X
X
























  1. Pembuatan pupuk kompos dengan menggunakan EM4
Pembuatan pupuk kompos dengan menggunakan EM4 dilakukan pada hari jum’at tanggal 10 Januari 2012.
Langkah-langkah dalam pembuatan kompos menggunakan EM4 yaitu sebagai berikut :
1.      Batang tanaman jagung dan kacang kacang tanah yang telah siap dipanen dibawa ksuatu tempat dicacah sampai halus menjadi satu bagian.
2.      Selanjutnya dilakukan pembuatan kompos dengan menggunakan EM4.
3.      Dilakukan penaburan pupuk kandang sebagai lapisan bawah, selanjutnya EM4 secara merata dengan disirami air sedikit demi sedikit.
4.      Tutup lapisan atas dengan menggunakan plastik.
5.      Biarkan fermentasi selama beberapa minggu.
6.      Pupuk kompos dengan menggunakan EM4 siap digunakan.









Tanaman yang terserang penyakit
        
                  Panen jagung dan kacang tanah

         


      
 
 
   
   
 
 

    



Tidak ada komentar:

Posting Komentar