I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Semenjak manusia
mengenal bercocok tanam, maka usaha untuk memperoleh hasil maksimal telah
dilakukan.. Berbagai cara dilakukan, namun hasilnya selalu belum
memuaskan.Penyebab berkurangnya hasil usaha tani karena faktor abiotis dan
biotis. Faktor abiotis itu berupa gangguan yang disebabkan oleh faktor fisik
atau kimia, seperti keadaan tanah, iklim dan bencana alam. Sedangkan faktor
biotis adalah makhluk hidup yang menimbulkan kerusakan pada tanaman, seperti
manusia, hewan/binatang, serangga, jasad mikro ataupun submikro dan lain
sebagainya. Setelah diketahui kedua faktor tersebut sebagai pembatas ( penyebab
produksi tanaman tidak maksimal ), maka usaha untuk meningkatkan dan mengurangi
kehilangan hasil mulai dilaksanakan.
Setelah perang
dunia kedua, yakni pada tahun lima puluhan, terjadi penggunaan pestisida dan
pupuk kimia yaitu pemakaian bubur bordeux dan DDT yang berlebihan. Memang pada
kenyataan terjadi peningkatan hasil karena faktor biotis dapat dikendalikan.
Sehingga pemakaian bahan ini menjadi hal yang penting (utama) dalam dunia
pertanian saat itu.Setelah berlangsung bertahun-tahun akhirnya penggunaan bahan
kimia tidak lagi memberikan solusi peningkatan hasil-hasil pertanian. Hal ini
disebabkan serangga / hama/ penyebab penyakit justru menjadi tahan ( resisten )
terhadap penggunaan bahan kimia tersebut. Tetapi setelah diketahui efek
negatifnya, maka penggunaan DDT dilarang. Pada tahun enam puluhan terjadi
revolusi hijau (”Green revolution”) yang lebih intensif dalam penggunaan
varietas berpotensi hasil tinggi, anakan yang banyak, pengaturan tata air,
perlindungan tanaman dan pemupukan. Pada awalnya, usaha ini dapat memberikan
hasil pertanian yang memuaskan, namun beberapa tahun berikutnya terlihat
gejala-gejala negatif mempengaruhi pertanian itu sendiri, lingkungan dan
kesehatan. Efek negatif tersebut berupa timbulnya hama dan patogen yang tahan
terhadap pestisida, munculnya hama baru, terjadinya peningkatan populasi hama
dan patogen sekunder, berkurangnya populasi serangga yang bermanfaat, keracunan
terhadap ternak dan manusia, residu bahan kimia dalam tanah dan tanaman, dan
kerusakan tanaman. Memperhatikan berbagai efek negatif yang terjadi dari
penggunaan bahan kimia tersebut, maka mulai diadakan penelitian-penelitian yang
mengarah kepada penggunaan jasad hidup untuk penanggulangan kerusakan di dunia
pertanian, yang dikenal dengan pengendalian biologi (”Biologic control”). Dalam
metode ini dimanfaatkan serangga dan mikro organisme yang bersifat predator,
parasitoid, dan peracun. Usaha untuk meningkatkan hasil pertanian terus
berlanjut dengan memperhatikan aspek keamanan lingkungan, kesehatan manusia dan
ekonomi, maka muncul istilah ”integrated pest control”, integrated pest control
dan selanjutnya menjadi integrated pest management (IPM), yang dikenal dengan
Pengendalian Hama Terpadu (PHT) juga ada istilah Pengelolaan Tanaman Terpadu
(PTT).
Untuk
penerapannya membutuhkan strategi pengelolaan resiko, yang mencakup penggunaan
tanaman tahan hama tahan hama dan penyakit, rotasi tanaman dengan pakan ternak,
ledakan penyakit pada tanamna peka, dan penggunaan bahan kimia seminimal
mungkin untuk mengendalikan gulma, hama, dan penyakit dengan mengikuti konsep
PHT.
Pengendalian
hama dan penyakit serta gulma secara terpadu akan menjangkau beberapa
aktivitas, yaitu:
1) Penggunakan varietas tahan dalam
proses pelepasan beruntun (sequencetial), asosiasi, dan kultur teknis untuk
mencegah perkembangan hama dan penyakit;
2) Pemeliharaan keseimbangan biologi (biological balance) antara hama penyakit
dengan musuh alami;
3) Adopsi praktek pengendalian
menggunakan bahan organik bila memungkinkan;
4) Penggunakan teknik pendugaan hama penyakit bila telah tersedia;
5) Pengkajian semua metode yang memungkinkan, baik dalam jangka pendek maupun
jangka panjang, terhadap sistem produksi dan implikasinya terhadap lingkungan
guna meminimalisasi pemakaian bahan kimia pertanian,khususnya dalam meningkatkan
adopsi teknologi PHT;
6) Penyimpanan dan penggunaan bahan
kimia yang sesuai dan terigristasi untuk individu tanaman, waktu, dan interval
penggunaan sebelum panen.;
7.) Pengamanan penyimpanan bahan kimia dan hanya digunakan oleh personel yang
sudah terlatih dan memiliki kemampuan (knowledgeable persons);
8.) Pengamanan peralatan yang
digunakan untuk mengatasi bahan kimia dengan meningkatkan keamanan dan
pemeliharaan standar; dan
9.) Pemeliharaan catatan secara
akurat dari insektisida yang dipakai.
Pengembangan PHT
dalam pertanian berkelanjutan didasari oleh resisitensi hama terhadap
insektisida sebagai dampak dari penerapan pertanian modern yang terbukti telah
menurunkan kualitas sumberdaya alam. Di lain pihak, pengembangan pertanian
berkelanjutan juga didasari oleh munculnya gerakan pertanian organik.
B.
Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah:
1.
Memahami
dan mempelajari kultur teknis atau tindakan pengendalian hama dan
penyakit tanaman yang tepat dalam budidaya tanaman jagung manisdan
kacang tanah.
2.
Mempelajari
dan menerapkan cara-cara pengendalian hama dan penyakit pada tanaman jagung
manis
dan kacang tanah.
3.
Mempelajari
pembuatan pupuk kompos dengan menggunakan jamur trichoderma.
4.
Mengamalkan dan mempraktekan dalam
kehidupan masyarakat petani khususnya.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sejarah tanaman jagung manis (sweet corn)
Berdasarkan bukti
genetik, antropologi, dan arkeologi diketahui bahwa daerah asal jagung adalah
Amerika Tengah (Meksiko bagian selatan). Budidaya jagung telah dilakukan di
daerah ini 10.000 tahun yang lalu, lalu teknologi ini dibawa ke Amerika Selatan
(Ekuador) sekitar 7000 tahun yang lalu, dan mencapai daerah pegunungan di
selatan Peru pada 4000 tahun yang lalu. Kajian filogenetik menunjukkan bahwa
jagung (Zea mays ssp. mays) merupakan keturunan langsung dari
teosinte (Zea mays ssp. parviglumis).
Dalam proses domestikasinya yang berlangsung paling tidak
7000 tahun oleh penduduk asli setempat, masuk gen-gen dari subspesies lain,
terutama Zea mays ssp. mexicana. Istilah teosinte sebenarnya
digunakan untuk menggambarkan semua spesies dalam genus Zea, kecuali Zea
mays ssp. mays. Proses domestikasi menjadikan jagung merupakan
satu-satunya spesies tumbuhan yang tidak dapat hidup secara liar di alam. Hingga kini dikenal 50.000 varietas jagung, baik ras
lokal maupun kultivar.
Jagung
termasuk Family graminal, golongan jagung di Indonesia ada 4 (empat) varietas
yaitu:
1.
Zea mays indentota : disebut jagung gigi kuda, sedikit ditanam di Indonesia,
karena kurang tahan terhadap hama bubuk.
2.
Zea mays indorata : atau jagung mutiara, banyak ditanam di Indonesia,
tanaman jagung ini tahan terhadap hama bubuk dan jenis hama lainnya.
3.
Zea mays saccharata sturt : jagung manis ini sudah banyak dibudidayakan oleh
masyarakat Riau khususnya Indonesia.
4.
Zea mays everta : jagung berondong, jagung ini diolah untuk dijadikan
berondong.
Varietas jagung dapat dibedakan berdasarkan beberapa
bentuk yaitu tinggi tempat penanaman, berdasarkan umur varietas, berdasarkan
warna biji, berdasarkan pembenihannya, berdasarkan tipe biji dan lain lain.
a.
Morfologi tanaman jagung
1. Akar
Tanaman
jagung berakar serabut, menyebar ke samping dan ke bawah sepanjang sekitar 25
cm. Penyebaran pada lapisan olah tanah dengan bentuk sistem perakarannya sangat
bervariasi.
2. Batang
Batang
berwarna hijau sampai keungguan, berbentuk bulat dengan penampang melintang
2-2,5 cm. Tinggi tanaman bervariasi antara 125-300 cm. Batang berbuku buku yang
dibatasi oleh ruas-ruas.
3. Daun
Daun
terdiri atas pelepah daun dan helaian daun. Helaian daun memanjang dengan ujung
daun meruncing. Antara pelepah daun dengan helaian daun dibatasi oleh spicula
yang berguna untuk menghalangi masuknya air hujan / embun ke dalam pelepah
daun.
4. Bunga
Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang
terpisah dalam satu tanaman (monoceous). Tiap kuntum bunga memiliki struktur
khas bunga dari suku Poaceae, yang disebut floret.
Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae
(tunggal: gluma). Bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan
bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga
betina tersusun dalam tongkol.
Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah
daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol
produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Beberapa varietas unggul
dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai
varietas prolifik.
Bunga jantan cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari
lebih dini daripada bunga betinanya (protandri). Bunga betina jagung berupa "tongkol" yang
terbungkus oleh semacam pelepah dengan "rambut". Rambut jagung
sebenarnya adalah tangkai putik.
5. Biji
Biji
tersusun rapi pada tongkol. Pada setiap tanaman jagung ada yang bertongkol satu
dan ada pula yang bertongkol dua. Biji berkeping tunggal berderet pada tongkol,
setiap tongkol terdiri atas 10-14 deret, dan tiap tongkol terdiri kurang lebih
200-400 butir.
B.
Sejarah tanaman kacang
tanah (Arachis hypogaea L.)
Family
: Leguminoceae Nama daerah: aneue kacang (Aceh), kacang jawa (Manado), kacang
goreng (Minangkabau), retak guring, retak tanah (Lampung), kacang suuk, kacang
taneuh (Sunda), kacang brudul, kacang brul, kacang brol, kacang jebrol, kacang
pendem, kacang prol, kacang srentul, kacang dna (Jawa), kacang aduk, otok cena
(Madura), kaca (Gorontalo), canggoreng (Makasar, Salayar, Bugis, Majene), bonci
(Ternate), nyiha cina (Tidore) Nama asing : groundnut
atau peanut (Inggris)
Kacang
tanah yang ada di Indonesia semula berasal dan Benua Amerika. Pertama kali
kacang tanah masuk ke Indonesia diperkirakan dibawa oleh pedagang Spanyol
sewaktu melakukan pelayaran dan Meksiko ke Maluku setelah tahun 1597. Pada
tahun 1863, HolIe memasukkan kacang tanah dan Inggnis dan pada tahun 1864
Scheffer memasukkan pula kacang tanah dan Mesir. B. Jenis dan Varietas Unggul
Jenis
tanaman yang ada di Indonesia ada 2 (dua) tipe, yaitu tipe tegak dan tipe
menjalar. Tipe tegak adalah jenis kacang yang tumbuh lurus atau sedikit miring
keatas, buahnya terdapat pada ruas-ruas dekat rumpun, umumnya pendek (genjah),
dan kemasakan buahnya serempak. Sementara itu, kacang tanah tipe menjalar
adalah jenis yang tumbuh ke arah samping, batang utama berukuran panjang, buah
terdapat pada ruas-ruas yang berdekatan dengan tanah, dan umumnya berumur
panjang.
Kacang
tanah berkembang sejalan dengan meningkatnya industri makanan berbahan baku
kacang tanah. Varietas yang paling ama dikenal adalah Gajah dan Banteng.
Beberapa varietas yang saat mi banyak ditanam, antara lain Kelinci,
-
Deskripsi
Perakaran
kacang tanah banyak, dalam, dan berbintil. Panjang akarnya dapat mencapai 2 m.
Daun kacang tanah beranak empat helaldaun. Setelah terjadi penyerbukan, ginofor
akan tumbuh dad dasar bunga. Ginofor n akan terus tumbuh secara geotropsme
(menuju tanah). Setelah menembus tanah dan mencapai kedalaman 2—7 cm, gnofor
tumbuh mendatar, membengkak, dan membentuk polong. Panjang gnofor tergantung
pada letak/jarak bunga dengan permukaan tanah. Biasanya jika panjangnya Iebih
dan 15 cm, ginofor akan berhenti tumbuh.
III.
BAHAN DAN METODA
A.
Tempat
dan waktu
Kegiatan
peserta praktikum Agronomi Tanaman Makanan ini dilaksanakan dikebun Percobaan
Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau. Jl, Kaharuddin Nasution Km 11
Perhentian Marpoyan. Kegitan praktikum ini dimulai dari bulan september 2011 sampi bulan Januari 2012.
B. Bahan dan Alat
a.
Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum pengendalian hama
dan penyakit tanaman jagung manis dan kacang tanah adalah :
1. Benih jagung manis
2. Benih
kacang tanah
3. Pupuk kandang
4. Pupuk NPK
5. Curater (insektisida)
b. Alat
Alat yang
digunakan dalam praktikum pengendalian hama dan penyakit tanaman jagung
manis dan kacang tanah adalah :
1.
Cangkul
2. Tajak
3. Gembor
4. Ember
5. Knepsack
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
pengamatan praktikum
Tabel 1.
pengamatan tinggi
tanaman kacang tanah (3
sampel)
Sampel
|
Tgl 29-10-2011
|
Tgl 12-11-2011
|
Tgl 3-12-2011
|
1
|
3cm
|
8cm
|
44cm
|
2
|
2cm
|
8cm
|
44cm
|
3
|
2cm
|
9cm
|
42cm
|
Pengamatan dilakukan satu kali dalam satu minggu
Tabel 2. pengamatan tinggi
tanaman jagung (3
sampel)
Sampel
|
Tgl 29-10-2011
|
Tgl 12-11-2011
|
Tgl 3-12-2011
|
1
|
2cm
|
58cm
|
190cm
|
2
|
2cm
|
48cm
|
160cm
|
3
|
2cm
|
69cm
|
171cm
|
Tabel 5. Hasil panen tanaman jagung dan kacang
tanah
PANEN
KE
|
Jagung
|
Kacang tanah
|
Keterangan
|
1
|
14
|
|
Panen
dilaksanakan pada tanggal 31 Desember 2011, Pada panen pertama tanaman yang
layak panen adalah 14 tongkol
|
2
|
24
|
1,3 kg
|
Panen
dilaksanakan pada tanggal 7 januari 2012, pada panen kedua hasil panen adalah
24 tongkol, dan pada panen jagung kedua ini dilakukan juga pemanenan kacang
tanah hasil panen kacang tanah adalah
1,3 kg.
|
Jumlah total
|
38
|
1,3
|
|
Hasil panen semua
tanaman tidak sesuai yang diinginkan dikarenakan oleh berbagai faktor berikut, Gangguan Hama dan Penyakit Tanaman yang
merusak buah tanaman dan penyakit fisiologis, yaitu kurangnya pemupukan dan
kultur teknis yang kurang baik.
B. Pelaksanaan
1. Pengolahan
lahan
Melakukan pengolahan lahan dengan alat
tradisional yaitu cangkul, prinsip yang digunakan adalah untuk membolak-balik tanah,
memecahkan dan membelah tanah. Dengan tujuan memperbaiki
struktur tanah, airase tanah dan membunuh organisme pengganggu tanaman ataupun
gulma.
2. Pemberian
pupuk kandang
Pemberian pupuk kandang dilakukan di atas bedengan yang
telah dibuat sebelumnya, yaitu diberikan 1 karung pupuk kandang yang sudah
matang dengan cara ditaburkan di atas bedengan. Pupuk kandang dibiarkan selama
satu minggu sebelum tanam agar bakteri aerob aktif dalam tanah.
3. Penanaman
Seminggu kemudian setelah ada perintah dari dosen yang
bersangkutan dan asisten dosen, selanjutnya dilakukan penanaman jagung dan
kacang tanah sesuai dengan cara
tanam yang diberi oleh dosen yang bersangkutan. Penanaman jagung pada praktikum ini yaitu 2
baris kacang tanah dan 2 baris jagung manis baris di bedengan yang telah di pupuk kandang sebelumnya.
Jarak tanam jagung 70 x 50 cm dan kacang tanah 20 x 20 cm dengan posisi kacang tanah
ditengah, ditanam jikjak.
4. Pemupukan
Setelah dilakukan sanitasi dan pembumbunan , saat tanaman berumur tiga minggu diberi pupuk NPK.
Dari semua unsur hara yang diperlukan tanaman, unsur
Nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K) merupakan “Three major element” (tiga
unsur utama) yang bisa diberikan dalam bentuk pupuk. Pengambilan zat hara ini
oleh tanaman sangat bervariasi bergantung pada tingkat kesuburan tanah, keadaan
lingkungan, serta keadaan tanaman itu sendiri.
5. Penyiraman
Tanaman
tumbuh dengan baik pada curah hujan yang optimal selama
pertumbuhannya. Kebutuhan airnya saat awal pertumbuhan tidak begitu tinggi
dibanding dengan waktu berbunga yang membutuhkan air terbanyak. Pada waktu
berbunga ini waktu hujan diselingi dengan sinar matahari jauh lebih baik
daripada hujan terus-menerus. Namun jika tidak ada hujan tanaman harus disiram,
penyiraman dilakukan setiap sore hari dengan menggunakan gembor.
6. Pengendalian
hama, penyakit dan gulma tanaman
Untuk pengendalian terhadap hama
dan penyakit dan gulma tanaman dilakukan dengan tindakan kultur teknis yang
telah dipelajari pada perkuliahan pengendalian hama dan penyakit tanaman.
a. Hama
yang menyerang tanaman jagung
dan kacang tanah
Semut api merupakan hama utama yang menyerang jagung
dan kacang tanah di lahan praktikum
pada saat tanaman berumur 7 hari atau pada masa tanaman berkecambah, dilakukan pengendalian dengan pemberian curater.
Sedangkan pada saat tanaman berbuah hama yang mengganggu yaitu pada tanaman
kacang tanah hama penggerek polong dan ulat grayak yang menyerang daun tanaman
kacng tanah sedangkan pada tanaman
jagung yaitu, ulat yang menyerang tongkol jagung yang menyebabkan kualitas
jagung menurun.
b. Penyakit
yang menyerang tanaman jagung
Penyakit layu bakteri dan penyakit bulai merupakan penyakit utama yang
menyerang jagung di lahan praktikum, pengendalian dilakukan dengan cara
mencabut dan membakar tanaman yang sakit supaya tidak menular ke tanaman yang
sehat lainnya.
c. Gulma
Jenis gulma yang
mengganggu tanaman yaitu rumput teki dan bayam berduri.
Pengendalian
gulma dilakukan secara mekanis yaitu dengan menyiang tanaman dengan menggunakan
tangan dengan bantuan cangkul atau tajak.
7.
Panen
Panen dilakukan setelah
buah tanaman siap panen dengan ciri-ciri tanaman masak secara fisiologis, yaitu
pada jagung bulu pada jagung berwarna hitam dan biji berwarna kuning sedangkan
kacang tanah yaitu daun menguning dan polong bernas.
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1.
Pada
praktikum pengendalian hama dan penyakit tanaman komoditi tanaman jagung ini,
Saya sebagai mahasiswa pertanian khususnya mahasiswa agroteknologi mengerti,
mengetahui dan memahami berbagai tindakan pengendalian baik secara kultur
teknis dan lain sebagainya dalam budidaya tanaman jagung.
2.
Pada
praktikum pengendalian hama dan penyakit tanaman tentang pembuatan pupuk kompos
trichoderma ini, Saya mengambil kesimpulan bahwa dalam pembudidayaan tanaman
baik tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan sangat dianjurkan penggunaan
kompos trichoderma karena kompos ini selain sebagai pupuk hijau juga sebagai
agens hayati.
- Saran
1.
Sebaiknya
dalam budidaya tanaman dapat lebih intensif lagi dalam hal penerapan
pengendalian secara kultur teknis (tindakan agronomi) karena pengendalian
kultur teknis ini sangat efektif dan efisien diterapkan.
2.
Pada
praktikum pengendalian hama dan penyakit tanaman selanjutnya (semester yang
akan datang), sebaiknya menggunakan komoditas tanaman yang lain, misalnya
tanaman gandum, sorghum, ataupun okra. Agar mahasiswa tidak merasa jenuh pada
komoditi tanaman jagung sebagai tanaman praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Purnawati,
H.
dan purwono, 2007. Budidaya delapan jenis tanaman pangan
unggul. penebar swadaya. Bogor.
Untung,
K. 1993. Pengantar
pengelolaan hama terpadu. Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
Browsing Internet. www.google.com. Budidaya tanaman jagung.
Browsing Internet. www.google.com. Budidaya tanaman kacang tanah.
Browsing Internet. www.google.com. Pembuatan kompos.
LAMPIRAN
1. Jadwal kegiatan
praktikum
Kegiatan
praktikum
|
Bulan
|
September
|
Oktober
|
November
|
Desember
|
Januari
|
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
Pembagian
lahan
|
|
|
X
|
X
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Pemberian dolomit
|
|
|
|
|
|
X
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Pemupukan dasar
|
|
|
|
|
|
X
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Penanaman
|
|
|
|
|
|
X
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Sanitasi
|
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
|
|
|
|
|
|
|
Menghitung tongkol
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
X
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Kunjungan
ke sumbar
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
X
|
|
|
|
Panen
jagung pertama
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
X
|
|
|
|
Panen
jagung kedua
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Panen
kacang tanah
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Pembuatan
pupuk kompos
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Penulisan
laporan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
X
|
X
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
- Pembuatan pupuk kompos dengan menggunakan EM4
Pembuatan
pupuk kompos dengan menggunakan EM4 dilakukan pada hari jum’at tanggal 10 Januari 2012.
Langkah-langkah dalam pembuatan kompos menggunakan EM4 yaitu sebagai berikut :
1.
Batang
tanaman jagung dan kacang kacang tanah yang telah siap dipanen dibawa
ksuatu tempat dicacah sampai
halus menjadi satu bagian.
2.
Selanjutnya
dilakukan pembuatan kompos dengan menggunakan EM4.
3.
Dilakukan
penaburan pupuk kandang sebagai lapisan bawah, selanjutnya EM4
secara merata dengan disirami air sedikit demi sedikit.
4.
Tutup
lapisan atas dengan menggunakan plastik.
5.
Biarkan
fermentasi selama beberapa minggu.
6.
Pupuk
kompos dengan menggunakan EM4 siap digunakan.
Tanaman yang terserang
penyakit
Panen jagung dan kacang tanah